Digital Future Soft

Loading

Teten Masduki Ungkap Alasan Mengapa Banyak Startup RI Gagal Berkembang

Startup RI Gagal Berkembang

Teten Masduki Ungkap Alasan Mengapa Banyak Startup RI Gagal Berkembang

Teten Masduki, Menteri Koperasi dan UKM, mengungkapkan sejumlah alasan mengapa banyak startup di RI mengalami kesulitan atau gagal untuk berkembang. Pernyataan ini didasarkan pada berbagai faktor internal dan eksternal yang sering diabaikan oleh para pelaku startup, meskipun ekosistem digital di Indonesia terus bertumbuh pesat.

Kurangnya Daya Tahan Startup

Salah satu alasan utama yang diungkapkan oleh Teten adalah kurangnya daya tahan atau resilience dari banyak startup di Indonesia. Menurut Teten, banyak pendiri startup RI terlalu fokus pada fase awal seperti pendanaan dan akuisisi pengguna, namun gagal berkembang dalam mempertahankan pertumbuhan jangka panjang. Mereka sering kali mengandalkan suntikan dana dari investor tanpa membangun model bisnis yang berkelanjutan. Kondisi ini menyebabkan banyak startup yang tumbuh dengan cepat di awal, namun sulit bertahan ketika menghadapi tantangan pasar yang lebih kompleks.

Startup yang bergantung pada investasi eksternal cenderung mengalami masalah ketika pendanaan tersebut berkurang atau berhenti. Akibatnya, perusahaan tidak memiliki cukup modal operasional untuk melanjutkan ekspansi atau bahkan mempertahankan operasional sehari-hari. “Kita sering lihat, mereka [startup] cepat dapat pendanaan, tapi ketika arus kas mulai sulit, mereka langsung collapse,” ujar Teten.

Ketidakmampuan Beradaptasi dengan Pasar

Faktor lain yang memengaruhi kegagalan startup adalah ketidakmampuan beradaptasi dengan perubahan pasar. Startup yang terlalu fokus pada inovasi teknis terkadang melupakan kebutuhan konsumen yang terus berubah. Menurut Teten, banyak startup lokal tidak memiliki pemahaman mendalam mengenai preferensi pasar Indonesia, terutama di sektor-sektor tradisional seperti perdagangan, jasa, dan pertanian. Mereka sering kali mencoba meniru model startup internasional tanpa mempertimbangkan kondisi pasar domestik yang berbeda.

Teten menekankan bahwa startup di Indonesia perlu lebih banyak mendengarkan kebutuhan masyarakat lokal. “Pasar kita unik, kita punya kebiasaan belanja dan pola konsumsi yang berbeda dari negara lain. Startup harus peka terhadap itu,” jelas Teten.

Baca Juga :  Biaya Layanan Tokopedia Naik 16 September 2024

Regulasi dan Akses Pendanaan yang Belum Memadai

Di sisi eksternal, Teten Masduki menyoroti regulasi yang masih menjadi hambatan besar bagi pertumbuhan startup. Meskipun pemerintah terus berupaya menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi digital, birokrasi dan regulasi yang tumpang tindih masih menjadi masalah yang sering dihadapi. Proses perizinan dan persyaratan administrasi sering kali memberatkan startup, terutama yang baru berdiri dan belum memiliki sumber daya yang memadai.

Selain itu, akses pendanaan yang belum merata juga menjadi salah satu penyebab lambatnya pertumbuhan startup. Startup yang berlokasi di luar Jakarta atau kota-kota besar lainnya sering kali kesulitan mendapatkan perhatian dari investor besar. Mereka harus menghadapi tantangan lebih besar dalam menarik pendanaan, meskipun memiliki ide bisnis yang potensial. “Banyak startup yang bagus di daerah, tapi mereka kesulitan dapat akses ke investor. Ini yang perlu kita perbaiki,” ujar Teten.

Kurangnya Dukungan dari Ekosistem

Teten juga mengungkapkan bahwa ekosistem pendukung startup di Indonesia belum sepenuhnya matang. Meskipun ada banyak akselerator, inkubator, dan komunitas startup. Dukungan tersebut sering kali tidak cukup kuat untuk mendorong startup melewati tahap awal pertumbuhan. Program mentoring dan bimbingan bisnis belum optimal. Banyak startup yang gagal mendapatkan bimbingan yang tepat untuk mengelola operasional, keuangan, dan ekspansi.

Kesimpulan

Teten Masduki menyarankan agar startup di Indonesia lebih fokus pada pembangunan model bisnis yang berkelanjutan dan memiliki daya tahan jangka panjang. Di samping itu, pemerintah perlu terus memperbaiki regulasi dan memberikan akses pendanaan yang lebih inklusif. Terutama bagi startup yang berbasis di daerah.

Dengan mengatasi berbagai tantangan tersebut, Teten optimis bahwa ekosistem startup di Indonesia dapat berkembang lebih baik di masa depan, menjadikannya kekuatan utama dalam perekonomian digital Tanah Air.